Latest Entries »

Mau lulus UASBN/UN? Pelajarilah materi yang ada dalam SKL ini!

Guru, siswa, atau pun orang tua siswa yang hendak mempersiapkan diri/peserta didik/anaknya menghadapi UASBN (SD) dan UN (SMP/A/K), alangkah baiknya mengetahui SKL ini. Karena dengan begitu, akan mempermudah mempersiapkan diri menghadapi ujian sekolah ini.

Setidaknya dengan mempelajari materi-materi yang tercantum dalam SKL ini, Anda tidak perlu membuka semua buku/catatan materi mulai dari kelas 1-6 (SD) atau 1-3 (SMP/A/K).

Semoga dapat membantu!!!!

PEDOMAN PENDAMPINGAN EDITOR

1. PARAGRAF

A. PANJANG WACANA

PEDAGOGI KURIKULUM
Kelas 1 : 25—75 kata. Tercantum panjang paragraf adalah 5—8 kalimat dan satu kalimat berisi 3—5 kata)
Kelas 2 : 75—125 kata. Tercantum panjang teks cerita yang dibacakan guru: 8—12 kalimat; teks yang dibaca sendiri oleh siswa: 10—15 kalimat (teks) dan 15—20 kalimat (cerita/fiksi). Jumlah kata dalam kalimat masih 3—5 kata.
Kelas 3 : 125—175 kata. Tercantum teks sekitar 200 kata. Kalimat hanya disebut kalimat sederahana.
Kelas 4 : 175—225 kata. Tercantum panjang teks sekitar 200—250 kata yang terdiri atas 4—5 paragraf. Kalimat sudah dapat merupakan kalimat majemuk setara.
Kelas 5 : 225—275 kata. Tercantum teks bacaan yang panjangnya 200-300 kata. Kalimat masih merupakan kalimat majemuk setara.
Kelas 6 : 275—325 kata. Tercantum teks narasi 200—250 kata, teks bacaan 250 kata.

Berikut adalah contoh teks agar dapat diperkirakan panjang teks dalam buku pelajaran untuk kelas 1—6 SD.
Di antara para orang tua sekarang ini, terutama yang mampu, ada niat untuk menyekolahkan anak mereka keluar negeri. Amerika, Inggris merupakan negara yang ideal. Bahkan, sekarang, Australia menjadi lirikan orang tua, selain karena dekat, biayanya relatif lebih murah dibandingkan sekolah di Inggris dan Amerika. Negara-negara lain, seperti Jepang, Prancis, Belanda, Jerman juga dilirik meski tak segencar negara-negara tersebut di awal. Mungkin, masalah bahasa menjadi kendala. (65 kata)
Tentu, niat itu tidak salah. Akan tetapi, makin lama, berkembang pemikiran untuk menyekolahkan anak sedini mungkin ke luar negeri. Dengan alasan, agar anak lebih terbiasa dengan sistem belajar di luar negeri tersebut. Alasan lain adalah agar anak terbiasa bekerja dengan ritme internasional. Bekerja keras, giat, inovatif, berinisiatif. Hal-hal yang dianggap tidak disediakan oleh kurikulum dalam negeri ini. (57 kata)
Bahkan lebih jauh lagi, di Indonesia, khususnya Jakarta, bagi anak-anak usia prasekolah tersedia berbagai pilihan taman bermain yang mengajarkan bahasa Inggris. Anak-anak dihadapkan kepada bahasa Inggris sejak berusia 1,5 tahun. Kurikulum itu tidak salah, sebaiknya, memang, anak dihadapkan pada bahasa asing sedini mungkin. Hal yang salah adalah bahwa anak itu tidak dihadapkan pula pada pengajaran bahasa Indonesia di usianya yang dini itu. Dengan demikian, kemahiran bahasa Indonesia seorang anak tidak berkembang seimbang dengan kemampuannya berbahasa asing. (76 kata)
Di sinilah letak titik tolak permasalahan dalam tulisan ini. Jika kita berbicara mengenai bahasa, pada dasarnya kita berbicara pula mengenai kebudayaan. Setiap anak hendaknya dibesarkan di dalam lingkungan budayanya. Dengan demikian, ia memiliki tempat berpijak yang jelas. Jika kita mengikuti pendapat Koentjaraningrat, seorang ahli antropologi, kebudayaan terdiri atas tujuh unsur: bahasa, religi, sistem mata pencaharian, kesenian, teknologi, sistem kekerabatan, dan pengetahuan. Kemampuan dan pengetahuan anak akan kebudayaannya tidak hanya diperolehnya melalui pendidikan formal, melainkan juga diperolehnya secara turun temurun melalui perilaku lingkungannya. (82 kata)
Dalam ilmu psikologi dan pendidikan, diketahui bahwa perkembangan kognisi seseorang tidak hanya diperoleh melalui pendidikan formal melainkan juga melalui pengalaman. Masalahnya, tidak semua pengalaman terwujud melalui bahasa. Tidak semua pengalaman dapat diungkapkan melalui bahasa. Banyak hal dipelajari atau dialami anak melalui contoh atau model perilaku. Misalnya, masalah basa-basi, masalah sapaan, masalah sikap. Semua hal itu merupakan pengetahuan yang diperoleh anak melalui contoh. (62 kata)
(teks terdiri dari 342 kata yang dikutip dari “Belajar di Luar Negeri” oleh Felicia N. Utorodewo)

B. KEPADUAN DALAM PARAGRAF

Perlu diperhatikan kepaduan dalam paragraf. Unsur kepaduan harus dilihat dari penggunaan kata ganti, kata sambung, kata tunjuk, serta pengulangan kata merupakan alat bahasa yang mempertahankan kepaduan paragraf.

Coba lihat lagi teks berikut.

berlibur

alex berlibur di rumah paman
rumah paman ada di bandung
alex dan paman berjalan jalan
mereka sampai di lembang
mengunjungi peneropongan bintang
melihat galaxi di angkasa
galaxi bimasakti paling besar
lalu alex diajak nonton film
film indian mexiko dan koboi texas

2. KALIMAT

A. PANJANG KALIMAT
Dalam masalah keterbacaan penelitian menunjukkan bahwa kalimat yang terlalu panjang tidak akan mudah dipahami oleh pembacanya. Jika kita merujuk pada aspek kemampuan siswa, dikatakan bahwa siswa sekolah dasar belum mampu memecahkan masalah verbal yang kompleks, hipotesis, atau persoalan-persoalan yang menyangkut masa yang akan datang. Untuk perbandingan, disertakan penelitian keterbacaan kalimat dalam surat kabar.

PANJANG KALIMAT KETERBACAAN
8 kata atau kurang Sangat mudah dipahami
11 kata Mudah dipahami
14 kata Agak mudah dipahami
17 kata Standar
21 kata Agak sulit dipahami
25 kata Sulit dipahami
29 kata atau lebih Sangat sulit dipahami.

Dalam kurikulum tidak secara jelas dicantumkan jumlah kata dalam sebuah kalimat. Pencantuman jumlah kata yang jelas hanya ada di kelas 1 dan 2, yaitu 3—5 kata dalam sebuah kalimat. Akan tetapi, kita dapat menggunakan kutipan keterbacaan yang diambil dari surat kabar sebagai pegangan.

Contoh berikut merupakan kalimat panjang yang ditemukan dalam buku-buku pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

SD Kelas 1:
bacalah kalimat berikut dengan lafal dan intonasi yang benar (9 kata)

kak alex dan hendrix pergi ke toko (7 kata) (11 kata)
melihat fotokopi merek xenon (4 kata)

SD Kelas 2
kegiatan setelah bangun tidur adalah merapikan kamar (7 kata)

bus tertabrak kereta api karena pintu lintasan terbuka (8 kata)

SD Kelas 5 :
Beliau berpendapat bahwa setiap manusia mempunyai persamaan hak, dia tidak senang penguasaan manusia di atas manusia secara sewenang-wenang. (18 kata)

Di daerah pinggir sungai tersebut, kami melihat rumah-rumah kecil yang terbuat dari bambu, papan kayu, seng, dan ada juga yang terbuat dari plastik dan kardus (kertas tebal bungkus televisi dan kulkas). (31 kata)

Tepat pukul 20.00 rapat dimulai, Pak Hendra selaku ketua RT mengawali sambutannya dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, dilanjutkan dengan penyampaian berbagai informasi yang perlu dibahas bersama dalam rapat tersebut. (32 kata)

B. LOGIKA KALIMAT
Masalah yang banyak ditemukan adalah logika dalam kalimat. Sering timbul kesalahan kalimat akibat logika yang tidak jelas.
Contoh:
Agar lekas sembuh tubuh kita disuntik dengan obat yang dilakukan oleh Pak Dokter.

Ketika saya melihat macam-macam mainan di THR, dari hasil pengamatan saya, bahwa: …

Dengan rasa takut yang mengerikan Bawang Putih tetap bekerja.

Selanjutnya, bagi anggota yang sudah memenuhi persyaratan, dimohon segera menyerahkan berkas persyaratan lengkap kepada saudari Febriyanti, sekretaris koperasi pada jam-jam sekolah. (Salah logika, jumlah kata terlalu banyak, ejaan ada yang salah).
Karena tugasnya membimbing, maka para guru harus menjadi teladan.

Sampai di rumah, baju dan waluh itu diserahkan kepada emaknya.
3. PILIHAN KATA

Jika dalam kalimat ditemukan kata-kata dalam daftar berikut, kata itu harus diperiksa lebih teliti. Kata-kata yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut.

A. BILA. Dalam kalimat bertingkat yang bersifat pengandaian, kata sambung yang digunakan adalah JIKA bukan BILA. Kata sambung lain yang boleh digunakan adalah APABILA atau JIKALAU. Kata BILA adalah kata tanya yang menanyakan waktu, misalnya “Bilakah kamu akan sampai di Jakarta?” Bentuk nonformal dari kata JIKA adalah KALAU atau KALO. Jadi, jika ditemukan kata BILA sebagai kata sambung, kata itu wajib diganti dengan JIKA.

SALAH PERBAIKAN
Bila terserang diare, perbanyak minum air. Jika terserang diare, perbanyak minum air.
Selanjutnya, untuk acara lain-lain, saya serahkan Bapak-bapak bila masih punya usul. Acara selanjutnya saya serahkan kepada Bapak-bapak jika Bapak-bapak masih punya usul.
Bila ada teman jatuh kita … Jika ada teman jatuh kita …
Kerjakan secara berkelompok, bila ada kesulitan bertanyalah kepada gurumu! Kerjakan secara berkelompok, bila ada kesulitan bertanyalah kepada gurumu!

B. TAPI. Jika dalam teks ditemukan kata TAPI, kita perlu waspada. Kata TAPI hanya dapat digunakan dalam bentuk percakapan langsung (yang ada di antara tanda kutip). Masalahnya, kata TAPI adalah bentuk ragam lisan dan nonformal. Dalam bentuk ragam tulis yang formal, harus digunakan kata TETAPI sebagai kata sambung dalam kalimat. Jika diletakkan di awal kalimat sebagai kata sambung antarkalimat, ungkapan yang digunakan adalah AKAN TETAPI.

SALAH PERBAIKAN
Tetapi aku pernah mendengar cerita, salah seorang anak Pak Kebun rusak giginya. Akan tetapi, aku pernah mendengar cerita bahwa salah seorang anak Pak Kebun rusak giginya.
C. MASING-MASING, SETIAP. Penggunaan kedua kata ini sering digunakan secara salah. Kata MASING-MASING merupakan kata ganti tak tentu. Jadi, kata itu tidak dapat diikuti oleh kata benda. Kata SETIAP merupakan numeralia. Jadi, sebaliknya, kata SETIAP harus diikuti oleh kata benda yang ditandainya. Contoh:

SALAH PERBAIKAN
Masing-masing lampu merkuri yang rusak diganti oleh lampu yang baru. Setiap lampu merkuri yang rusak diganti oleh lampu yang baru.
Masing-masing tali dari setiap ujung disatukan dengan benda pemberat. Tali dari setiap ujung disatukan dengan benda pemberat.
Setiap sibuk menjalankan tugas.
Anak-anak pulang ke rumah masing-masing.

D. SEMUA, SELURUH. Banyak orang menggunakan kata SELURUH untuk menandai kata benda yang dapat dihitung, padahal seharusnya digunakan kata SEMUA. Kata SELURUH menyatakan suatu keutuhan, misalnya “seluruh Nusantara”. Kata SEMUA menyatakan kata benda yang dapat dihitung “semua siswa harus hadir”.

SALAH PERBAIKAN
Seluruh anggota Koperasi Usaha Siswa diminta untuk melengkapi persyaratan administrasi. Semua anggota Koperasi Usaha Siswa diminta untuk melengkapi persyaratan administrasi.
Para tetangga datang berkunjung. Seluruhnya turut berduka cita. Para tetangga datang berkunjung. Semua turut berduka cita.

E. BAHWA, KALAU. Seringkali penulis menggunakan kata sambung KALAU untuk menghubungkan anak kalimat tidak langsung kepada induknya. Kata sambung KALAU digunakan untuk hubungan pengandaian. Untuk kalimat tidak langsung digunakan kata sambung BAHWA. Contoh:

SALAH PERBAIKAN
Ia tidak mengetahui kalau ada satu baju yang hanyut dibawa air. Ia tidak mengetahui bahwa ada satu baju yang hanyut dibawa air.
Beberapa orang yang telah dijumpainya mengatakan kalau mereka tidak tahu tentang baju itu. Beberapa orang yang telah dijumpainya mengatakan bahwa mereka tidak tahu tentang baju itu.

F. KATA DAERAH atau KATA SERAPAN. Secara tidak disengaja, penulis sering memasukkan kata daerah yang tidak ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Misalnya, raseksi. Kata daerah yang tidak ada dalam kamus, sebaiknya, dihindari. Jika kata daerah terpaksa digunakan, sebaiknya, disertakan kamus kecil/mini untuk menambah khazanah kata siswa. Hal yang sama perlu diperhatikan untuk kata serapan. Jika kata serapan terpaksa digunakan, sebaiknya disertakan kamus kecil. Misalnya untuk kalimat berikut ini:

PEMILU merupakan aspirasi rakyat untuk mengoreksi pemerintahan dan membentuk pemerintahan baru.
Dalam kalimat ini ada dua kata serapan, yakni aspirasi dan koreksi (mengoreksi). Sebaiknya, setelah teks, dicantumkan uraian tentang makna kata tersebut, mengingat bahwa pengguna buku ini adalah siswa kelas 6 SD.

4. PELETAKAN KATA
Ada sejumlah kata yang tidak boleh diletakkan di awal kalimat. Akan tetapi, kita masih sering menjumpai kata-kata itu di awal kalimat, terutama pada teks bacaan dalam buku pelajaran kelas 4, 5, dan 6 SD.

1. Karena
Karena bisa membuat anak-anak Pak Kebun gembira
2. Sehingga
Sehingga pinangannya kutolak.
3. Hingga
Hingga yang tersisa hanya tunas dekat akarnya.
4. Tetapi
Tetapi untuk menghilangkan semua itu, Pak Kebun harus memotong dahan-dahanku.
5. Yang
Yang dia pikirkan adalah baju yang hanyut itu harus dibawa pulang.
6. Yaitu
Yaitu makanan yang …
7. Dan
Dan buahku kecil serta masam.
8. Sedangkan
Sedangkan penderitanya akan membuang air besar lebih dari tiga kali dalam dua puluh empat jam.
Sedang kepada Bawang Putih, anak tirinya janda itu sangat kejam.

5. TANDA BACA KOMA

i. Mengikuti keterangan yang diletakkan di awal kalimat. Sebuah keterangan (keterangan waktu, tempat, cara, dan anak kalimat) yang diletakkan di awal kalimat dipisahkan oleh KOMA dari induk kalimat/kalimat inti. Contoh,

1. Suatu hari, kami berkunjung ke rumah Tante Novi.
2. Dengan gembira, Bawang Putih pulang.
3. Karena lelah, ia tak mengetahui bahwa ada baju yang hilang.
4. Di kota maupun di desa, telah ada sepeda motor.
ii. Mengikuti kata sambung antarkalimat. Ada kata sambung yang menghubungkan dua buah kalimat. Kata sambung itu diletakkan di awal kalimat dan diikuti oleh KOMA.
1. Agaknya, …
2. Akan tetapi, …
3. Akhirnya, …
4. Akibatnya, …
5. Artinya, …
6. Biarpun begitu, …
7. Biarpun demikian, …
8. Berkaitan dengan hal itu, …
9. Dalam hal ini, …
10. Dalam hubungan ini, …
11. Dalam konteks ini, …
12. Dengan kata lain, …
13. Di samping itu, …
14. Di satu pihak, …
15. Di pihak lain, …
16. Jadi, … 17. Jika demikian, …
18. Kalau begitu, …
19. Kalau tidak salah, …
20. Kecuali itu, …
21. Lagi pula, …
22. Meskipun begitu, …
23. Meskipun demikian, …
24. Oleh karena itu, …
25. Oleh sebab itu, …
26. Pada dasarnya, …
27. Pada hakikatnya, …
28. Pada prinsipnya, …
29. Sebagai kesimpulan, …
30. Sebaiknya, …
31. Sebaliknya, …
32. Sebetulnya, … 33. Sebelumnya, …
34. Sebenarnya, …
35. Sehubungan dengan itu,
36. Selain itu, …
37. Selanjutnya, …
38. Sementara itu, …
39. Sesudah itu, …
40. Setelah itu, …
41. Sesungguhnya, …
42. Sungguhpun begitu, …
43. Sungguhpun demikian, .
44. Tambahan lagi, …
45. Tambahan pula, …
46. Untuk itu, …
47. Walaupun begitu, …
48. Walaupun demikian, …

iii. Mendahului kata sambung di dalam kalimat. Sebuah kalimat menjadi panjang jika ada dua buah klausa di dalamnya. Kata sambung di dalam kalimat (intrakalimat) yang bersifat pertentangan didahului oleh koma. Contoh,
1. … , namun …
2. … , padahal …
3. … , sedangkan …
4. … , tetapi …

iv. Mendahului kata sambung di dalam kalimat. Sebuah kalimat dapat diikuti oleh contoh di dalamnya. Biasanya, dalam kalimat itu akan ada kata sambung dalam kalimat (intrakalimat) yang mendahului pengandainya. Contoh,
1. … , seperti …
2. … , yaitu/yakni …
3. … , misalnya …

v. Mengapit kata keterangan. Sebuah kata keterangan yang terletak dalam kalimat harus diapit oleh KOMA.
1. … , ternyata, …
2. …, antara lain, …
3. … , tadinya, …
4. … , agaknya, …

vi. Mengapit kata fatis
1. … , lho, …
2. … , dong, …
3. … , kok, …

Tanda koma pada awal kalimat

A

• Agaknya, … • Akan tetapi, … • Akhirnya, … • Akibatnya, … • Artinya, …

B

• Biarpun begitu, … • Biarpun demikian, … • Berkaitan dengan hal itu, …

D

• Dalam hal ini, … • Dalam hubungan ini, … • Dalam konteks ini, … • Dengan kata lain, … • Di samping itu, … • Di satu pihak, … • Di pihak lain, … • Di sana, … • Di sini, …

J

• Jadi, … • Jika demikian, …

K

• Kalau begitu, … • Kalau tidak salah, … • Kecuali itu, …

L

• Lalu, … • Lagi pula, …

M

• Masalahnya, … • Meskipun begitu, … • Meskipun demikian, …

N

• Namun, … (Akan tetapi, …)

O

• Oleh karena itu, … • Oleh sebab itu, …

P

• Padahal, … • Pada dasarnya, … • Pada hakikatnya, … • Pada prinsipnya, …

S

• Sebagai kesimpulan, … • Sebaliknya, … • Sebaiknya, … • Sebelumnya, … • Sebenarnya, … • Sebetulnya, … • Sehubungan dengan itu, … • Selain itu, … • Selanjutnya, … • Sementara itu, … • Sesudah itu, … • Setelah itu, … • Sesungguhnya, … • Sungguhpun begitu, … • Sungguhpun demikian, …

T

• Tambahan lagi, … • Tambahan pula, …

U

• Untuk itu, …

W

• Walaupun demikian, …

Kata-kata yang didahului koma

…, namun … …, padahal … …, sedangkan … …, seperti … …, yaitu/yakni …

Kata-kata yang tidak didahului koma

… bahwa … … karena … … maka … … sehingga …

Pilihan kata

a.

• segala • segenap • seluruh • semua

b

• adalah • ialah • yaitu/yakni

c

• dan lain-lain (dll.) • dan sebagainya (dsb.) • dan seterusnya (dst.)

d

• tiap/setiap • masing-masing

e

• jam • pukul

f

• banyaknya • jumlah

Populer —> Tidak populer

Gelandangan -> Tunawisma

Kesimpulan -> Konklusi

Pertentangan -> Kontradiksi

Rasa kecewa -> Frustrasi

Rasa benci -> Antipati

Bukti -> Argumentasi

Izin -> Konsesi

Ukuran -> Format

Bentuk mirip makna berbeda

* acu (mengacu) -> acuh (mengacuhkan)

* asa (putus asa) -> asah (mengasah pisau)

* basa (asam basa) -> basah (kena air)

* dakwa -> dakwah

* gaji -> gajih (lemak)

* mega -> megah

* menjaring (jaring) -> menyaring (saring)

* sah -> syah

* sarat -> syarat

* peri -> perih

* tua -> tuah (bertuah)

Kelaziman

Mati = Meninggal

Tewas = Wafat

Konsistensi

1. Nama geografis

2. Nama diri

Nama geografis

• Costa Rica –> Kosta Rika

• Meksiko –> Mexico City

• Solo –> Sala –> Surakarta

• Swiss –> Swis

• Tokyo –> Tokio

• Ujungpandang –> Ujung Pandang (Makassar)

• Karawang –> Krawang

• Probolinggo –> Purbalingga

• Purwakarta –> Purwokerto

• Cileduk (Tangerang) –> Ciledug (Cirebon)

Nama diri

• Presiden Soeharto • Presiden Suharto

• Yogie S.M. • Yogie S. Memet • Yogie Suardi Memet

• S. Takdir Alisjahbana • S. Takdir Alisyahbana • Sutan Takdir Alisjahbana • Sutan Takdir Alisyahbana

• I Gde Ardika • I Gede Ardhika • I Gede Ardika • I Gde Ardhika

• Chairil Anwar • Khairil Anwar

Pertukaran yang tidak fatal

Baku —> Nonbaku

* istri -> isteri

* jenderal -> jendral

* samudra -> samudera

* sekadar -> sekedar

* silakan -> silahkan

* terampil -> trampil

* waswas -> was-was

* tampaknya -> nampaknya

Pertukaran yang fatal

Bentuk mirip, makna berbeda

* basa -> basah

* gaji -> gajih

* menjaring -> menyaring

* papasan -> pampasan

* penguasa -> pengusaha

* sah -> syah

* sarat -> syarat

* segera -> segara

Makna kata

* mengaji -> mengkaji

* pengajian -> pengkajian

* beruang -> ber-uang

* kemeja hijau -> ke meja hijau

Pilihan kata

Memohon –> mengharap –> meminta

Memeriksa –> menahan –> mengamankan

WTS –> pelacur –> wanita P. –> lonte

Asumsi –> anggapan

Evaluasi –> penilaian

Motivasi –> dorongan

ialah –> adalah

yaitu –> yakni

Penulisan kata sapaan dalam buku pelajaran

1. Taman Kanak-Kanak –> kamu

2. SD –> kamu/kalian

3. SMP –> kamu/kalian

4. SMU –> Anda

5. Perguruan Tinggi –> nama orang

(ini juga dari berbagai sumber)

tentang penulisan artikel PUN

Penulisan partikel pun penulisannya digabung apabila merupakan KATA PENGHUBUNG. Seperti: meskipun, biarpun, sungguhpun, dan walaupun. Akan tetapi, jika bukan KATA PENGHUBUNG penulisannya dipisah. Seperti: mereka pun, apa pun, dia pun, dsb.

Penulisan kata depan di-

diantara — di antara

Ket:

·  Penulisan digabung, jika bermakna ‘bukan menyatakan tempat / posisi’

Misalnya, Sebagian besar diantara petani modern ….

 ·  Penulisan dipisah, ketika secara makna menyatakan antara dua tempat / posisi yang berbeda

Misalnya, Radio itu terletak di antara dua meja yang berbeda

 Mengapa?

Karena kata depan di ditulis terpisah ketika menyatakan tempat.

 

Tatanama Binomial

Tatanama binomial (binomial berarti ‘dua nama’) merupakan aturan penamaan baku bagi semua organisme (makhluk hidup) yang terdiri dari dua kata dari sistem taksonomi (biologi), dengan mengambil nama genus dan nama spesies. Nama yang dipakai adalah nama baku yang diberikan dalam bahasa Latin atau bahasa lain yang dilatinkan. Aturan ini pada awalnya diterapkan untuk fungi, tumbuhan dan hewan oleh penyusunnya (Carolus Linnaeus), namun kemudian segera diterapkan untuk bakteri pula. Sebutan yang disepakati untuk nama ini adalah ‘nama ilmiah’ (scientific name). Awam seringkali menyebutnya sebagai “nama latin” meskipun istilah ini tidak tepat sepenuhnya, karena sebagian besar nama yang diberikan bukan istilah asli dalam bahasa latin melainkan nama yang diberikan oleh orang yang pertama kali memberi pertelaan atau deskripsi (disebut deskriptor) lalu dilatinkan.

Penamaan organisme pada saat ini diatur dalam Peraturan Internasional bagi Tatanama Botani (ICBN) bagi tumbuhan, beberapa alga, fungi, dan lumut kerak, serta fosil tumbuhan; Peraturan Internasional bagi Tatanama Zoologi (ICZN) bagi hewan dan fosil hewan; dan Peraturan Internasional bagi Tatanama Prokariota (ICNP). Aturan penamaan dalam biologi, khususnya tumbuhan, tidak perlu dikacaukan dengan aturan lain yang berlaku bagi tanaman budidaya (Peraturan Internasional bagi Tatanama Tanaman Budidaya, ICNCP).

[ Aturan penulisan ]

  • Aturan penulisan dalam tatanama binomial selalu menempatkan nama (“epitet” dari epithet) genus di awal dan nama (“epitet”) spesies mengikutinya.
  • Nama genus SELALU diawali dengan huruf kapital (huruf besar, uppercase) dan nama spesies SELALU diawali dengan huruf biasa (huruf kecil, lowercase).
  • Penulisan nama ini tidak mengikuti tipografi yang menyertainya (artinya, suatu teks yang semuanya menggunakan huruf kapital/balok, misalnya pada judul suatu naskah, tidak menjadikan penulisan nama ilmiah menjadi huruf kapital semua) kecuali untuk hal berikut:

1.       Pada teks dengan huruf tegak (huruf latin), nama ilmiah ditulis dengan huruf miring (huruf italik), dan sebaliknya. Teladan: Glycine soja, Pavo muticus. Perlu diperhatikan bahwa cara penulisan ini adalah konvensi yang berlaku saat ini sejak awal abad ke-20. Sebelumnya, seperti yang dilakukan pula oleh Carolus Linnaeus, nama atau epitet spesies diawali dengan huruf besar jika diambil dari nama orang atau tempat.

2.       Pada teks tulisan tangan, nama ilmiah diberi garis bawah yang terpisah untuk nama genus dan nama spesies.

  • Nama lengkap (untuk hewan) atau singkatan (untuk tumbuhan) dari deskriptor boleh diberikan di belakang nama spesies, dan ditulis dengan huruf tegak (latin) atau tanpa garis bawah (jika tulisan tangan). Jika suatu spesies digolongkan dalam genus yang berbeda dari yang berlaku sekarang, nama deskriptor ditulis dalam tanda kurung. Teladan: Glycine max Merr., Passer domesticus (Linnaeus, 1978) — yang terakhir semula dimasukkan dalam genus Fringilla, sehingga diberi tanda kurung (parentesis).
  • Pada penulisan teks yang menyertakan nama umum/trivial, nama ilmiah biasanya menyusul dan diletakkan dalam tanda kurung.

Teladan pada suatu judul: “PENGUJIAN DAYA TAHAN KEDELAI (Glycine max Merr.) TERHADAP BEBERAPA TINGKAT SALINITAS”. (Penjelasan: Merr. adalah singkatan dari deskriptor (dalam contoh ini E.D. Merrill) yang hasil karyanya diakui untuk menggambarkan Glycine max. Nama Glycine max diberikan dalam judul karena ada spesies lain, Glycine soja, yang juga disebut kedelai.).

  • Nama ilmiah ditulis lengkap apabila disebutkan pertama kali. Penyebutan selanjutnya cukup dengan mengambil huruf awal nama genus dan diberi titik lalu nama spesies secara lengkap. Teladan: Tumbuhan dengan bunga terbesar dapat ditemukan di hutan-hutan Bengkulu, yang dikenal sebagai padma raksasa (Rafflesia arnoldii). Di Pulau Jawa ditemukan pula kerabatnya, yang dikenal sebagai R. patma, dengan ukuran bunga yang lebih kecil.

Sebutan E. coli atau T. rex berasal dari konvensi ini.

  • Singkatan “sp.” (zoologi) atau “spec.” (botani) digunakan jika nama spesies tidak dapat atau tidak perlu dijelaskan. Singkatan “spp.” (zoologi dan botani) merupakan bentuk jamak. Teladan: Canis sp., berarti satu jenis dari genus Canis; Adiantum spp., berarti jenis-jenis Adiantum.
  • Sering dikacaukan dengan singkatan sebelumnya adalah “ssp.” (zoologi) atau “subsp.” (botani) yang menunjukkan subspesies yang belum diidentifikasi. Singkatan ini berarti “subspesies”, dan bentuk jamaknya “sspp.” atau “subspp.”
  • Singkatan “cf.” (dari confer) dipakai jika identifikasi nama belum pasti. Contoh: Corvus cf. splendens berarti “sejenis burung mirip dengan gagak (Corvus splendens) tapi belum dipastikan sama dengan spesies ini”.
  • Penamaan fungi mengikuti penamaan tumbuhan.
  • Tatanama binomial dikenal pula sebagai “Sistem Klasifikasi Binomial”.

(Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Tatanama_biologi)

LANGKAH

MENENTUKAN

TRIK

 Pertama

 Subjek

 jawaban dari pertanyaan apa/siapa yang Predikat?

 Kedua

 Predikat

 jawaban dari pertanyaan bagaimana/sedang apa/di mana/mengapa Subjek?

 Ketiga

 Objek

 setelah Predikat dan dapat dipasifkan (dengan di-)

 

 Pelengkap

 setelah Predikat dan tidak dapat dipasifkan

 

 Keterangan

 dapat dipindah-pindah baik ke depan, tengah, maupun akhir 

Kata-kata yang diawali dengan huruf:

K — luluh jadi ng: kosong, korban — mengosongkan, mengorbankan, dll. 

P — luluh jadi m: pompa, pola — memompa, memola, dll.

T — luluh jadi n: tanya, target, tua — menanyakan, menargetkan, menua, dll.

S — luluh jadi ny: survei, syarat, sumpah — menyurvei, menyaratkan, menyumpah, dll.

Kecuali  kata yang masih adopsi (asing/daerah) dan Kluster (dua/lebih konsonan berjajar).

 Contoh: – kr  pada pilihan B, kritik —- mengkritik

            – pr pada pilihan D, program  —-  memprogram

tentang Kata Penghubung/Konjungsi

Kata penghubung

Kata penghubung antarkalimat berfungsi menghubungkan kalimat satu dengan kalimat lain.
Contoh:
dengan demikian, oleh karena itu, akan tetapi.
Konjungsi antarkalimat  selalu mengawali kalimat baru, sedang konjungsi antarklausa  selalu berada di tengah atau awal kalimat.

Konjungsi antarkalimat:
# Dengan demikian, ….
# Akan tetapi, ….
# Oleh karena itu, ….
# Jadi, ….
# Walaupun begitu,….

Konjungsi antarklausa:
# …dan…
# …,tetapi…
# Karena….
# Ketika/Saat/Sebelum….
# …bahwa…

Setiap konjungsi selalu ditulis kecil pada judul

1. Kata Benda (nomina)

Gunakan rumus: KB = …….. + yang + kata sifat
Contoh:
Kematian itu merupakan hal yang harus dihadapi semua orang.
(Kematian + yang + mengenaskan )
Kualitas trilogi pembangunan telah meningkat.
(Kualitas trilogi pembangunan + yang + baik)
2. Kata Kerja (verba)
Gunakan rumus: KK = …….. + dengan + kata sifat
Contoh:
Ayahnya sudah meninggal delapan tahun yang lalu.
(sudah meninggal + dengan + tenang)
Kesinambungan pembangunan telah dilaksanakan.
(telah dilaksanakan + dengan + baik)
3. Kata Sifat (adjektiva)

Gunakan rumus: KS = …… sekali atau Sangat …… atau Se……(diulang)+ nya
Contoh:
Gadis itu cantik.
(cantik sekali)
Ayahnya bekerja segiat-giatnya untuk mencukupi kebutuhan keluarga.

(sangat giat)4. Kata Depan (preposisi)
Kata yang menunjukkan keterangan
Contoh:
Rumahku di Malang.
Aku ingin pergi ke Jakarta

Bandingkan!
Ketika mandi aku diintip seekor cicak.
Cinta adalah kebutuhan semua orang.
5. Kata Hubung (konjungsi)
Meliputi kata hubung antarkalimat, kata hubung antarklausa, dan kata hubung antarkata.
Contoh:
Baik saya maupun dia sama-sama menderita karena keadaan ini.